RAJIN BEKERJA

RAJIN BEKERJA

Sebelumnya Prinsip ke-4: Melayani Orang Lain

Prinsip Ke-5 dari 8 Prinsip Bisnis Berbasis Iman Biblikal

Rancangan orang rajin pasti mendatangkan kelimpahan dan keuntungan, tetapi setiap orang yang bertindak tergesa-gesa pasti akan jatuh miskin. (AMP, tb)

Dalam kekristenan, kerajinan adalah usaha untuk melakukan bagiannya dengan tetap menjaga keimanan dan ketakwaan atau ketaatan dan kepatuhan kepada Tuhan. Dengan kata lain, kerajinan dan iman adalah dua sisi dari sebuah misteri. Seseorang tidak tahu bagaimana, terlepas dari usahanya, semuanya berhasil; tetapi kerajinan, jika digabungkan dengan iman, menjamin keberhasilan rohani. Alam rohani adalah bibit yang ditransformasikan ke dalam alam fisik. Setiap peristiwa yang terjadi di dunia nyata secara empiris dimulai prosesnya dari alam rohani. Contoh sederhana: setiap keinginan menjadi/mewujudkan sesuatu (mulai dari imajinasi, menjadi visi) dimulai dengan kehendak kuat batin [dorongan hati] seseorang yang menggerakkannya untuk berpikir dan bertindak mewujudkan keinginan tersebut. Ini proses rohani.   Dalam bible, orang rajin sering digambarkan dengan sosok perempuan berhikmat atau perempuan bijaksana.

Perempuan berhikmat berencana ke depan. “Ia membawakan makanannya dari jauh” (Ams. 31:14), artinya ia tidak bergantung pada pembelian di saat-saat terakhir dengan kualitas dan harga yang meragukan. Dia “mempertimbangkan sebuah ladang” (Ams. 31:16) sebelum membelinya, menyelidiki potensi jangka panjangnya. Dia berencana untuk menanam ladang khusus ini sebagai kebun anggur (Ams. 31:16), dan kebun anggur tidak menghasilkan panen pertama mereka sebelum dua sampai tiga tahun setelah tanam. Maksudnya adalah dia membuat keputusan berdasarkan perspektif jangka panjang mereka. Konsekuensi jangka waktu, tidak tergesa-gesa, rajin merawat detik ke menit, menit ke jam, jam ke hari, hari ke minggu, minggu ke bulan, bulan ke tahun.  Amsal 21:5 memberi tahu kita bahwa “rencana orang rajin pasti mendatangkan kelimpahan, tetapi setiap orang yang tergesa-gesa hanya akan kekurangan”.

Amsal menggambarkan kerajinannya dalam tiga cara: 1) Kerja keras; 2) Perencanaan jangka panjang; 3) Profitabilitas atau keuntungan yang menunjukkan keberlanjutan. Sebagai hasil dari kerajinannya dalam hal ini, dia yakin akan masa depannya.

Perencanaan yang bijak membutuhkan pengambilan keputusan untuk jangka panjang, seperti terlihat misalnya dalam siklus pengelolaan aset pertanian atau agribisnis.

Ketahui dengan baik kondisi ternak Anda, dan perhatikan ternak Anda; karena kekayaan tidak bertahan selamanya, juga tidak ada mahkota untuk semua generasi. Ketika rumput hilang, dan pertumbuhan baru muncul, dan rerumputan pegunungan dikumpulkan, domba akan menjadi pakaianmu, dan kambing akan menjadi harga sebuah ladang; akan ada cukup susu kambing untuk makananmu, untuk makanan rumah tanggamu dan makanan untuk pelayan perempuanmu. (Ams. 27:23-27) Dari perspektif ekonomi, ayat-ayat ini berbicara tentang proses, perubahan, keterbatasan, pertukaran, kebutuhan, pemenuhan kebutuhan, semuanya berfungsi dan menghasilkan bila dikerjakan dengan rajin.

Seperti Perempuan Berhikmat yang menanam kebun anggur, penggembala yang bijak berpikir bertahun-tahun ke depan. Demikian pula, raja, presiden atau gubernur atau pemimpin atau pebisnis yang bijak memiliki pandangan jangka panjang. “Pada penguasa yang cerdas ketertiban tetap” (Ams. 28:2). Amsal juga beralih ke semut sebagai contoh kerajinan jangka panjang.

Pergilah ke semut, dasar pemalas; perhatikan jalan-jalannya, dan jadilah bijak. Tanpa memiliki kepala atau pejabat atau penguasa, ia menyiapkan makanannya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya di musim panen. Berapa lama kamu akan berbaring di sana, hai pemalas? Kapan kamu akan bangun dari tidurmu? Sedikit tidur, sedikit mengantuk, sedikit melipat tangan untuk beristirahat, dan kemiskinan akan menimpamu seperti perampok, dan kekurangan, seperti prajurit bersenjata. (Ams. 6:6-11)

Perencanaan ke depan mengambil banyak bentuk di tempat kerja. Perencanaan keuangan disebutkan dalam Amsal 24:27: “Persiapkan pekerjaanmu di luar; siapkan semuanya untuk Anda di lapangan; dan setelah itu bangunlah rumahmu.” Dengan kata lain, jangan mulai membangun rumah Anda sampai ladang (pekerjaan, bisnis) Anda menghasilkan dana yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek konstruksi Anda. Yesus mengangkat hal ini dalam Lukas 14:28-30: “Siapakah di antara kamu, yang hendak membangun sebuah menara, tidak duduk terlebih dahulu dan memperkirakan biayanya, untuk melihat apakah ia memiliki cukup uang untuk menyelesaikannya? Jika tidak, ketika dia telah meletakkan fondasi dan tidak mampu menyelesaikannya, semua orang yang melihatnya akan mulai mencemoohnya, dengan mengatakan, ‘Orang ini mulai membangun dan tidak dapat menyelesaikannya.’” Kita diperingatkan jangan mengutamakan konsumsi, tetapi pastikan produksi yang memberi penghasilan sudah berjalan dengan normal, maka baru melangkah untuk konsumsi. Bukankah orang miskin selalu dan hanya berpikir konsumtif tanpa peduli (dan mereka memang tidak tahu) tentang tindakan yang produktif? Produktif dalam konteks ini berarti mempersiapakan segala sesuatu sehingga pada akhirnya Anda memiliki sumber penghasilan yang dapat membayar semua belanja hidup Anda secara berkelanjutan.

Ada banyak bentuk perencanaan lainnya, dan kita tidak dapat mengharapkan Amsal berfungsi sebagai manual perencanaan untuk perusahaan modern. Namun dapat kita perhatikan lagi kaitan Amsal antara hikmat, berupa perencanaan, dan karakter Tuhan. Di sana ada prinsip-prinsip untuk menjalani kehidupan yang berkelimpahan. Bukankah Yesus datang supaya orang yang menerimaNya hidup dalam berkelimpahan? (Yoh 10:10). Nyatanya, lebih banyak orang Kristen yang miskin dibandingkan dengan yang kaya secara keuangan. Secara keuangan artinya segala sesuatu yang dapat diukur dengan uang dan dapat dijadikan uang. Misalnya dengan menjualnya pada harga tertentu. Mengapa sangat sedikit orang Kristen yang dapat mewujudkan Firman Yesus ini? Contoh yang berhasil mewujudkan Firman ini dalam hidupnya adalah para pendeta/pelayan Tuhan yang mampu membeli/menyewa pesawat jet pribadi dan hidup bergelimang kemewahan, seperti: Kenneth Copeland, David Oyedepo, Pat Robertson, Benny Hinn, Chris Oyakhilome, Joel Osteen, Creflo Dollar, Rick Warren, Jesse Duplantis, TD Jakes, T.B Joshua, Kwadwo Safo, Mensah Otabil, Obofour, dll.   Mengapa mereka ini kaya raya dan hidup berkelimpahan? Jawabnya mereka tahu caranya dan rajin bekerja dalam pekerjaan yang memproses perpindahan uang dari orang lain kepada mereka dan mempertahankan bahkan mengakumulasi uang atau kekayaan itu tetap ada pada mereka.

Banyak orang bekerja keras dan rajin bekerja sejak kecil hingga mati, tetapi mereka tetap saja miskin. Mengapa? Karena mereka tidak tahu cara memindahkan uang atau kekayaan orang lain kepada diri mereka sendiri, dan ketika ada aliran uang kepada mereka, mereka tidak mampu menahannya dan menumbuhkembangkannya. Cara berpikir dan cara bertindak, itu yang membedakan. Selebihnya sudah disediakan Tuhan.

Rancangan pikiran adalah milik manusia, tetapi jawaban lidah berasal dari Tuhan. (Ams. 16:1)

Pikiran manusia mungkin menyusun banyak rencana, tetapi tujuan Tuhanlah yang akan ditegakkan. (Ams. 19:21)

Tuhan merencanakan untuk jangka waktu yang sangat panjang, dan kita juga bijaksana untuk membuat rencana ke depan. Tapi kita harus tetap rendah hati tentang rencana kita. Tidak seperti Tuhan, kita tidak memiliki kekuatan untuk mewujudkan semua rencana kita. “Jangan bermegah tentang hari esok, karena kamu tidak tahu apa yang akan terjadi hari itu” (Ams. 27:1). Kita merencanakan dengan hikmat, berbicara dengan kerendahan hati, dan hidup dengan harapan bahwa rencana Tuhan adalah keinginan utama kita. Tetapi setidaknya melalui Firman Tuhan dalam bible kita tahu pikiran dan rancangan Tuhan. Ketika pikiran, rancangan dan tindakan kita sejalan atau sama dengan pikiran dan rancangan Tuhan, maka segala janji yang tersedia bagi kita dalam bible pasti atau paling tidak dapat kita wujudkan. Apa janji itu? Salah satunya adalah hidup berkelimpahan. Apa itu hidup berkelimpahan? Hidup berkelimpahan adalah menjalani hidup secara maksimal, bukan sekedar mengadakan atau sekadar berusaha mencari nafkah. Kehidupan berkelimpahan belum tentu merupakan kehidupan yang nyaman dan mudah, karena disana dituntut pertanggungjawaban untuk mengusahakan dan memeliharanya. Tetapi dengan hidup berkelimpahan banyak hal yang dapat Anda wujudkan dan nikmati dibandingkan dengan meraka yang hidup dalam kekurangan.

Kata melimpah dalam Perjanjian Baru berarti “sangat, sangat tinggi, tidak terkira, lebih, jumlah yang sangat melimpah sehingga jauh lebih banyak daripada yang diharapkan atau diantisipasi orang”. Yesus menjanjikan orang yang menerimaNya diberi kehidupan yang jauh lebih baik daripada yang pernah kita bayangkan. (1 Kor 2:9). Kehidupan yang berkelimpahan adalah urusan sepanjang hidup, bukan hanya urusan sesaat. Jangan berharap dengan berdoa berulang-ulang dengan mengklaim (menuntut) janji Tuhan untuk hidup berkelimpahan akan terjadi dalam satu atau dua tahun. Pada umumnya (dalam urusan harta kekayaan), bagi orang yang bukan penerima warisan, maka dibutuhkan puluhan tahun untuk mewujudkan hidup berkelimpahan dengan tidak melanggar syarat dan ketentuan yang ditetapkan untuk hidup berkelimpahan seperti yang Anda bayangkan dan harapkan. Urusan kehidupan adalah urusan jangka panjang.

Perhatian terhadap konsekuensi jangka panjang mungkin merupakan keterampilan paling penting yang dapat kita kembangkan untuk sukses. Sebagai contoh, penelitian psikologis telah menunjukkan bahwa kemampuan untuk menunda kepuasan—yaitu, kemampuan untuk membuat keputusan berdasarkan hasil jangka panjang—merupakan prediktor kesuksesan yang jauh lebih baik di sekolah daripada IQ. Misalnya, ketika ada uang masuk atau diterima, orang miskin cenderung menghabiskannya segera; sedangkan orang kaya kemungkinan besar bahkan tidak mengkonsumsinya, tetapi disimpan untuk menghasilkan imbalan atau diinvestasikan.  Sayangnya, orang Kristen banyak yang terjebak pemahaman sempit dan pendek  untuk mengambil jalan pintas kehidupan seperti “Jangan khawatir tentang besok” (Matius 6:34) yang menurut dia berarti, “Jangan merencanakan ke depan untuk besok.” Amsal—di samping kata-kata Yesus sendiri—menunjukkan bahwa pemahaman ini tidak benar dan juga memanjakan diri sendiri alias membuat orang jadi pemalas yang akhirnya menjadi miskin. Nyatanya, seluruh kehidupan Kristen, dengan pengharapannya akan kembalinya Kristus untuk menyempurnakan Kerajaan Allah di bumi, adalah kehidupan yang direncanakan untuk jangka panjang, artinya menunggu untuk waktu yang lama, bahkan sangat lama. Berapa lama? Tidak ada yang tahu.

Dalam ekonomi agraris, hubungan antara rajin bekerja yang digambarkan dengan istilah kerja keras dan kesejahteraan mudah dilihat. Selama mereka memiliki akses ke tanah untuk ditanami, petani yang bekerja keras akan jauh lebih baik daripada yang malas. Amsal jelas bahwa pekerja yang malas pada akhirnya akan kalah dan jatuh miskin.

Tangan yang lamban menyebabkan kemiskinan, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya. Seorang anak yang mengumpulkan di musim panas adalah bijaksana, tetapi seorang anak yang tidur di musim panen membawa malu. (Ams. 10:4-5)

Aku melewati ladang orang yang malas, kebun anggur orang bodoh; dan lihat, semuanya ditumbuhi duri; tanahnya tertutup jelatang, dan tembok batunya roboh. Kemudian aku melihat dan mempertimbangkannya; aku melihat dan menerima pemahaman dan membuat instruksi. Sedikit tidur, sedikit mengantuk, sedikit melipat tangan untuk beristirahat, dan kemiskinan akan menimpamu seperti perampok, dan kekurangan, seperti prajurit bersenjata. (Ams. 24:30-34)

Di wilayah Asia Timur Dekat kuno, kerja keras menghasilkan kemakmuran, tetapi bahkan satu minggu kelonggaran selama panen bisa menyebabkan musim dingin yang lapar. Di negara dengan musim panas yang pendek, dan adanya musim dingin atau salju, membuat mereka benar-benar berhitung kapan harus panen supaya tanamannya tidak menjadi sia-sia.

Ekonomi modern (setidaknya di negara maju) dapat menutupi efek ini dalam jangka pendek.  Di saat-saat yang baik, ketika hampir semua orang dapat menemukan pekerjaan, pekerja yang malas mungkin memiliki pekerjaan dan tampaknya melakukan pekerjaan yang hampir sama baiknya dengan pekerja yang rajin. Demikian pula, dalam kemerosotan ekonomi (dan setiap saat di banyak negara berkembang), orang yang bekerja keras mungkin tidak lebih berhasil daripada orang yang malas dalam mencari pekerjaan. Setiap saat, penghargaan atas kerja keras dapat ditumpulkan atau ditiadakan oleh diskriminasi, aturan senioritas, praktek mayoritas berkuasa, kontrak serikat pekerja, favoritisme bos, nepotisme, parasut emas, metrik kinerja yang cacat, ketidaktahuan oleh manajer, dan banyak faktor lainnya.

Apakah ini membuat Amsal tentang kerja keras  menjadi usang? Tidak, tidak, karena dua alasan. Pertama, bahkan di ekonomi modern, kerajinan biasanya dihargai selama masa kerja. Ketika pekerjaan langka, pekerja yang rajinlah yang kemungkinan besar akan mempertahankan pekerjaan mereka atau menemukan pekerjaan baru dengan lebih cepat. Kedua, motivasi utama kerajinan bagi orang Kristen bukanlah kemakmuran pribadi, tetapi takut akan Tuhan, seperti yang telah kita lihat dengan kebajikan lain dalam Amsal. Tuhan memanggil kita untuk tugas kita, dan kekaguman kita padaNya memotivasi kita untuk rajin dalam pekerjaan kita. Beda kalau kita bekerja hanya untuk uang, tidak akan pernah cukup dan tidak akan pernah puas. Pekerja untuk uang akan selalu menuntut, dan inilah yang dilakukan oleh organisasi para buruh. Antara buruh dan majikan tercipta jurang pemisah. Ini bukan cara berbisnis dan cara bekerja Kristen.

Kemalasan atau kurangnya kerajinan di tempat kerja bersifat merusak. Semua orang yang pernah mengalami rekan kerja yang malas dapat menghargai Amsal pedas ini: “Seperti cuka bagi gigi dan asap bagi mata, demikianlah pemalas bagi majikannya” (Amsal 10:26). Kita benci terjebak dalam tim yang sama dengan orang-orang yang tidak memikul beban mereka yaitu orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

Perempuan berhikmat atau bijaksana memastikan bahwa karya tangannya dapat dipasarkan. Dia tahu apa yang dibeli pedagang (Ams. 31:24), memilih bahannya dengan hati-hati (Ams. 31:13), dan bekerja tanpa lelah untuk memastikan kualitas produk (Ams. 31:18b). Imbalannya adalah “barang dagangannya menguntungkan” (Ams. 31:18a), menyediakan sumber daya yang dibutuhkan oleh rumah tangga dan masyarakat. Amsal jelas bahwa kerajinan seorang pekerja berkontribusi pada keuntungan seluruh usaha. “Rencana orang rajin pasti mendatangkan kelimpahan, tetapi setiap orang yang tergesa-gesa datang hanya untuk kekurangan” (Amsal 21:5). Contoh kebalikannya ditunjukkan dalam Amsal, “Orang yang bermalas-malasan dalam pekerjaannya adalah saudara dekat dengan seorang perusak” (Ams. 18:9). Seorang pekerja yang malas tidak lebih baik dari seseorang yang dengan sengaja ingin menghancurkan perusahaan. Semua ini mendahului perumpamaan Yesus tentang talenta (Matius 25:14-30).

Ketika kita mengingat bahwa Amsal tentang keuntungan ini didasarkan pada karakter Tuhan, kita melihat bahwa Tuhan ingin kita bekerja secara menguntungkan. Tidaklah cukup untuk menyelesaikan tugas yang diberikan kepada kita. Kita harus memperhatikan apakah pekerjaan kita benar-benar menambah nilai pada bahan, modal, dan tenaga kerja yang dikonsumsi. Dalam ekonomi terbuka, persaingan menentukan bahwa menghasilkan keuntungan bisa sangat menantang artinya menjadi lebih sulit. Orang yang malas, puas diri, atau tidak bermoral, dapat dengan cepat jatuh ke dalam kerugian, kebangkrutan, dan kehancuran. Orang yang bekerja keras, rajin, kreatif, fokus melakukan pelayanan yang saleh mereka memungkinkan bisnis mereka beroperasi dengan menguntungkan.

Orang Kristen tidak selalu menyadari pentingnya keuntungan dalam perspektif alkitabiah. Nyatanya, keuntungan sering dipandang dengan kecurigaan dan didiskusikan dalam retorika “orang vs. keuntungan”. Ada kecurigaan bahwa keuntungan datang bukan dari mengambil masukan dan menciptakan nilai tambah sesuatu yang lebih berharga darinya, tetapi dari pembeli, pekerja atau pemasok yang menipu. Ini muncul dari pemahaman yang tidak memadai tentang bisnis dan ekonomi. Kritik yang benar-benar alkitabiah terhadap bisnis akan mengajukan pertanyaan seperti “Keuntungan seperti apa?” “Dari mana sumber keuntungannya?” “Apakah keuntungan atau laba diperoleh dengan monopoli atau intimidasi atau penipuan atau kecurangan?”, dan “Bagaimana laba dibagi antara pekerja, manajer, pemilik, pemberi pinjaman, pemasok, pelanggan, dan perpajakan dan sosial keagamaan?” Ini akan mendorong dan merayakan pekerja dan bisnis yang menghasilkan keuntungan yang sehat untuk pekerjaan mereka.

Tidak semua pekerja berada dalam posisi untuk mengetahui apakah pekerjaan mereka menguntungkan atau merugikan. Karyawan di sebuah perusahaan besar mungkin memiliki sedikit gagasan apakah pekerjaan khusus mereka memberikan kontribusi positif terhadap laba atau profitabilitas perusahaan. Profitabilitas, dalam pengertian akuntansi, tidak berperan atau bukan menjadi tujuan dalam pendidikan, pemerintahan, perusahaan nirlaba, dan rumah tangga. Tetapi semua pekerja dapat memperhatikan bagaimana kontribusi pekerjaan mereka untuk mencapai misi organisasi, apakah nilai yang mereka tambahkan lebih besar daripada gaji dan sumber daya lain yang mereka peroleh. Melakukannya adalah suatu bentuk pelayanan kepada Tuhan.

Manajemen yang menguntungkan dari Perempuan berhikmat atas rumah tangganya menuai pujian yang tinggi. “Ia jauh lebih berharga daripada permata” (Amsal 31:10). Ini bukan metafora sentimental. Secara harfiah benar. Sebuah perusahaan yang dikelola dengan baik pasti bisa mendapatkan keuntungan selama bertahun-tahun jauh melebihi nilai permata dan simpanan kekayaan lainnya. Apalagi kalau perusahannya adalah perusahaan di bidang permata dan batu berharga lainnya, pasti ukurannya harga perusahaan dalam bentuk uang adalah merupakan akumulasi tahunan hasil permata.

Kerajinan Perempuan berhikmat memberinya keinginan untuk masa depan. “Kekuatan dan martabat adalah pakaiannya, dan ia menertawakan waktu yang akan datang” (Amsal 31:25). Meskipun Amsal bukanlah janji kemakmuran pribadi, secara umum kerajinan kita memang mengarah pada masa depan yang lebih baik.

Mereka yang menggarap tanahnya akan memiliki banyak makanan, tetapi mereka yang mengikuti pengejaran yang sia-sia tidak memiliki akal. (Ams. 12:11)

Siapa pun yang mengolah tanah akan memiliki banyak roti, tetapi orang yang mengikuti pengejaran yang sia-sia akan memiliki banyak kemiskinan. (Ams. 28:19)

Tangan orang rajin akan berkuasa, sedangkan orang malas akan dipaksa bekerja. (Ams. 12:24)

Kerajinan bukanlah jaminan bebas dari kesedihan atau bahkan bencana di masa depan. Namun orang bijak mempercayai Tuhan untuk masa depan, dan orang rajin dapat yakin bahwa mereka telah melakukan apa yang Tuhan minta dari mereka untuk diri mereka sendiri, rumah tangga mereka dan komunitas mereka.

Umat Kristiani harus menghidupkan kembali tujuan Tuhan menciptakan khususnya tentang umat manusia sebagai yang diciptakan menurut gambar Allah, Penguasa, dan tentang pekerjaan sebagai sumber pemenuhan dan berkat. Bukan sebagai pekerjaan membosankan yang harus dijalani demi tujuan menghasilkan uang, tetapi sebagai cara hidup di mana sifat manusia harus menemukan latihan dan kesenangannya yang tepat dan memenuhi dirinya sendiri untuk kemuliaan Allah. Pada kenyataannya, dianggap sebagai aktivitas kreatif yang dilakukan untuk kecintaan pada karya itu sendiri. Manusia diciptakan menurut gambar Allah, harus membuat segala sesuatu, sebagaimana Allah membuatnya, demi melakukan dengan baik suatu hal yang layak dilakukan.

Tuhan peduli dengan setiap bidang kehidupan kita, Dia melakukannya. Orang Kristen harus percaya bahwa Tuhan peduli dengan bagian hidup kita di mana kita menghabiskan 40–60 jam seminggu dalam hidup kita. Atribut kunci yang memandu pemahaman alkitabiah kita tentang pekerjaan ditemukan dalam kata yang berulang kali digunakan oleh penulis dalam kitab Amsal adalah kata kerajinan atau rajin. Karakteristik ini bahwa kita harus bekerja demi melakukan dengan tepat apa pun yang kita lakukan dalam pekerjaan kita sesuai kehendak Tuhan. Kehendak Tuhan adalah baik, menyenangkan dan sempurna.

Kita mempertimbangkan pentingnya kerajinan dalam panggilan hidup. Kerajinan hanyalah pekerjaan atau usaha yang hati-hati dan gigih. Kata rajin menyiratkan ketelitian, ketekunan, kehati-hatian, kegigihanan, dan semangat. Antonim atau lawannya meliputi kelalaian, kelambanan, kemalasan, kesemberonoan, kesleboran.

Salomo mengontraskan kebajikan kerajinan ini dengan kejahatan kemalasan. Imbalan dari kerajinan, menurut Salomo, adalah bahwa jiwa menjadi gemuk – yang merupakan caranya mengatakan bahwa kerajinan menghasilkan kepuasan.

Dalam hal apakah orang beriman harus rajin? Apa yang harus kita kejar dengan keyakinan, kerajinan, dan dedikasi? Setidaknya ada tiga bidang kehidupan di mana orang percaya didorong untuk rajin:

1. Kita harus  rajin dalam pekerjaan karir kita.

2. Kita harus  rajin dalam pekerjaan keluarga kita.

3. Kita harus  rajin dalam pekerjaan rohani kita dalam kehidupan bernegara, berbangsa dan bermasyarakat (sesama manusia).

I. Orang rajin bekerja melakukannya pada bisnis dirinya sehari-harinya.

“Miskin dia yang bekerja dengan tangan lalai, tapi tangan orang rajin membuat kaya. Dia yang mengumpulkan di musim panas adalah anak laki-laki yang bertindak bijak, tapi dia yang tidur saat panen adalah anak laki-laki yang bertindak memalukan.” (Amsal 10:4-5, NASB95)

“Karena kamu sendiri tahu bagaimana kamu harus mengikuti teladan kami, karena kami tidak bertindak sembarangan di antara kamu, dan kami tidak makan roti siapa pun tanpa membayarnya, tetapi dengan kerja keras dan rajin bekerja, kami terus bekerja siang dan malam sehingga kami tidak akan menjadi beban bagi salah satu dari kamu, bukan karena kami tidak memiliki hak untuk ini, tetapi untuk menawarkan diri kami sebagai model untuk kamu, sehingga kamu akan mengikuti teladan kami.  Bahkan ketika kami bersama kamu, kami biasa memberi kamu perintah ini: jika seseorang tidak mau bekerja, maka dia juga tidak boleh makan.” (2 Tesalonika 3:7-10, NASB95)

a. Kerajinan dalam pekerjaan dan bisnis kita adalah tema yang diulang-ulang dalam Kitab Amsal dan di seluruh Kitab Suci.

b. Perintah Tuhan, menetapkan hari istirahat, mengatakan, “Enam hari kamu akan bekerja dan melakukan semua pekerjaanmu” (Kel. 20:9)

c. Rajin bekerja tidak hanya dipuji, tetapi juga diperintahkan.

d. Itu juga masuk akal, karena Salomo memberi tahu kita “tangan yang malas membuat orang miskin”.

Pendeta dan teolog Jerman, Dietrich Bonhoeffer pernah berkata, “Jam pertama adalah milik Tuhan dalam ibadah, jam-jam lainnya adalah milik Tuhan dalam pekerjaan.”

Salomo mengingatkan kita bahwa orang yang paling bahagia dan produktif adalah mereka yang rajin  dalam pekerjaannya untuk menghidupi keluarganya, kemajuan umat manusia, dan kemuliaan Tuhan.

A. Tuhan menciptakan kita untuk rajin dan bekerja keras untuk menjadi berkat.

1. Bagi orang percaya, pertanyaan utama sehubungan dengan pekerjaan kita adalah bagaimana sikap Anda terhadap pekerjaan sehari-hari Anda?

a. apakah pekerjaan seharusnya menjadi kesenangan atau apakah itu kebutuhan yang suram/membebani/menjengkelkan/membosankan?

b. apakah pekerjaan Anda (yang melayani di gereja) hanyalah sesuatu yang Anda lakukan di antara akhir pekan, atau itu adalah kesempatan pelayanan di mana Anda melakukannya untuk kemuliaan Allah dan menjadi saksi bagi Kristus?

2. Kristus mendorong murid-murid-Nya untuk menjadi garam dan terang: artinya menjadi agen perubahan di dunia sekitar mereka.

a. salah satu lingkungan terbaik bagi kita untuk mencapainya adalah di tempat kerja.

3. Inilah inti dari apa yang secara tradisional kita sebut etos kerja Protestan

a. ini bukan hanya tentang bekerja keras

b. etos kerja Protestan adalah tentang memahami mengapa kita harus bekerja keras

“… apapun yang kamu lakukan, lakukan semuanya untuk kemuliaan Tuhan.” (1 Korintus 10:31, NASB95).

“Apa pun yang kamu lakukan dalam perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya dalam nama Tuhan Yesus, mengucap syukur melalui Dia kepada Allah Bapa.” (Kolose 3:17, NASB95)

“Apa pun yang kamu lakukan, lakukanlah dengan sepenuh hati, seperti untuk Tuhan daripada untuk manusia,” (Kolose 3:23, NASB95)

4. Dalam kitab 2 Tesalonika, Rasul Paulus menekankan kesaksian kerja

a. dalam suratnya kepada orang-orang Kristen ini, Paulus terutama menulis tentang Kedatangan Kedua Yesus Kristus

1) mereka memiliki banyak pertanyaan yang ingin dia jawab

b. karena beberapa mengharapkan kedatangan Kristus kapan saja, banyak yang telah berhenti dari pekerjaannya dan tidak tertarik untuk melakukan hal lain: tanpa sadar mereka menjadi pemalas

c. Akibat jeleknya menjadi dua kali lipat:

1) mereka telah menjadi beban fisik bagi keluarga mereka dan orang lain di gereja yang merasa berkewajiban untuk mendukung mereka

2) mereka telah menjadi orang yang usil mencampuri urusan orang lain.

2 Tesalonika 3:11 “Kami mendengar bahwa beberapa di antara kamu menganggur. Mereka tidak bekerja; mereka sibuk mencampuri urusan orang lain.”

3) kemalasan mereka merupakan batu sandungan yang membuat buruk citra Kristus dan Gereja.

5. Keputusan mereka menunjukkan kekurangan mendasar dalam sikap mereka terhadap pekerjaan

a. mereka tidak melihat pekerjaan sebagai hal spiritual

c. tidak ada yang lebih baik dari kebenaran Alkitab (mereka tidak tahu itu, dangkal, tapi keras kepala).

6. Tuhan menciptakan kita untuk  rajin dan bekerja keras untuk menjadi berkat

B. Tuhan menciptakan pekerjaan sebagai cara manusia untuk bertumbuh dan berkembang.

1. Pemahaman alkitabiah tentang kerja sangatlah positif

a. hampir semua bangsa di sekitar Israel memandang pekerjaan — terutama kerja kasar — sebagai sesuatu yang merendahkan martabat. Contoh: membelah kayu dan menimba air.

Orang Yunani percaya bahwa pekerjaan, terutama pekerjaan kasar, tidak hanya merendahkan, tetapi juga jahat. Dalam kisah penciptaan Yunani, Bumi telah diciptakan sebagai surga, tetapi tidak memiliki manusia dan hewan. Zeus memanggil putranya Prometheus (pemikiran ke depan) dan Epimetheus (pemikiran selanjutnya), dan memerintahkan mereka untuk pergi ke Bumi dan menciptakan manusia dan hewan. Mereka melakukannya, dan manusia hidup bahagia di Firdaus sampai istri Epimetheus muncul dengan sebuah kotak yang diberikan kepadanya oleh Zeus. Nama istrinya Pandora. Kotak itu tidak pernah dibuka … tetapi Anda tahu ceritanya, rasa ingin tahu Pandora menguasai dirinya dan dia membuka kotak itu. Ketika dia membuka kotak itu, maka Pandora telah mencurahkan segala jenis kejahatan untuk menimpa umat manusia – kematian, penyakit, bencana, penuaan dan pertengkaran, dan pekerjaan. Pekerjaan keluar dari kotak Pandora. Bagi orang Yunani, pekerjaan — terutama pekerjaan manual — dianggap sebagai kutukan. Filsuf Yunani Aristoteles melangkah lebih jauh dengan mengatakan bahwa menganggur adalah keberuntungan karena memungkinkan seseorang untuk berpartisipasi dalam kehidupan kontemplasi. Pandangan Yunani ini mempengaruhi penduduk dunia ini, terutama yang mendewakan ilmu pengetahuan tanpa Tuhan.

Kisah penciptaan Babilonia memiliki pandangan serupa tentang pekerjaan. Di Enûma Eliš para dewa Babilonia menciptakan dunia hanya untuk menemukan bahwa itu menuntut kerja keras untuk menjaga agar ciptaan mereka tetap berjalan. Mereka tidak menyangka menciptakan dan memelihara dunia menjadi sangat melelahkan secara fisik. Akhirnya, Marmaduke, Dewa Babilonia terkemuka, berkata, “Saya akan menciptakan makhluk primitif yang rendah yang akan saya sebut “manusia” dan kepadanya akan dibebankan semua pekerjaan agar para dewa dapat beristirahat.” Maka dalam catatan Babilonia, manusia diciptakan untuk melakukan pekerjaan memelihara ciptaan karena para dewa percaya bahwa pekerjaan semacam itu ada di bawah mereka.

2. Sangat kontras dengan teks-teks agama kuno ini Anda dapatkan manual kehidupan dalam kitab Kejadian dan salah satu hal pertama yang Anda lihat adalah Tuhan mengotori tanganNya sendiri – Tuhan melakukan pekerjaan kasar.

a. Tuhan berbicara segala sesuatu ke dalam ciptaan hingga Dia akhirnya sampai pada manusia, dan ketika Dia sampai pada menciptakan manusia, Dia membentuk kita manusia dari tanah liat bumi.

3. Dalam teologi alkitabiah, pekerjaan langsung oleh Tuhan, dan ini mencengangkan bagi budaya lain pada masa itu.

a. terlebih lagi ketika Tuhan menempatkan manusia ke dalam Taman Eden tempat mereka diciptakan, tugas utama manusia adalah menjaga ciptaan Tuhan.

1) di Taman Eden perkembangan manusia melibatkan kerja; tenaga kerja manual, fisik.

4. Di atas semua ini, ketika Tuhan datang ke dunia sebagai putra yang berinkarnasi, Dia datang sebagai seorang tukang kayu – seorang pria dengan tangan kapalan, dan bisep yang menonjol

a. intinya, kerja adalah bagian dari tatanan ciptaan Tuhan, yang diberikan kepada kita agar kita bisa bertumbuh dan berkembang,

b. Anda tidak akan pernah makmur, Anda tidak akan pernah bertumbuh dan berkembang secara holistik: tubuh, jiwa dan spiritual jika Anda tidak bekerja.

5. Orang yang rajin  bekerja menerapkan pada bisnis dirinya sehari-harinya.

II. Orang rajin bekerja melakukannya untuk kesejahteraan keluarganya.

“Dengarlah, hai Israel! Tuhan adalah Allah kita, Tuhan itu esa! Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Hari ini, hukum ini akan berada di hati kamu.  “Kamu akan mengajarkannya kepada putra-putrimu dan akan membicarakannya ketika kamu duduk di rumah dan ketika kamu berjalan melewati jalan dan ketika kamu berbaring dan ketika kamu bangun.” (Ulangan 6:4-7, NASB95)

“Tetapi siapa yang tidak memiliki penghasilan untuk dirinya sendiri, apalagi seisi rumahnya, maka ia berdosa dan lebih buruk dari orang yang tidak beriman.” (1 Timotius 5:8, NASB95)

1. Perjanjian Baru sering merujuk pada gereja di dalam rumah

a. salah satu dari beberapa contoh ditemukan dalam Kitab Filemon di mana Rasul Paulus, berbicara kepada Filemon, mengacu pada “jemaat di rumahmu”,

b. selama beberapa tahun setelah gerakan Kristen dimulai, tidak ada bangunan yang dibangun khusus untuk gereja,

c. karena orang-orang Kristen bertemu di rumah-rumah, seseorang dapat dengan tepat menulis tentang ‘gereja di rumahmu’.

2. dalam arti tertentu, setiap rumah tangga Kristen harus berfungsi sebagai miniatur gereja

a. rumah adalah tempat dimana:

1) kebutuhan jasmani terpenuhi,

2) dukungan kejiwaan diberikan,

3) pengembangan spiritual didorong,

4) kesempatan pelayanan dicari dan dipraktikkan.

3. sayangnya, kita mungkin menyaksikan kehancuran dan pengakhiran pernikahan dan keluarga seperti yang kita kenal:

a. di antara banyak faktor yang berkontribusi terhadap kehancurannya adalah

1) amoralitas

2) perzinahan

3) percabulan

4) homoseksualitas

5) aborsi

6) kebebasan perempuan, dan

7) materialisme hedonisme.

b. semua itu seperti untaian tali yang mencekik keluarga

c. pernikahan dan keluarga keduanya telah terdistorsi dan harus didefinisikan ulang.

4. jika budaya ingin bertahan, orang Kristen perlu memulihkan pola ketuhanan yang ditemukan dalam Kitab Suci:

a. pernikahan dan keluarga kita harus menunjukkan cara hidup yang:

1) memberi penghargaan

2) bermakna

3) memenuhi kebutuhan

b. ini membutuhkan kerajinan dan kerja keras.

5. Pada akhirnya, keluarga adalah tempat di mana prinsip-prinsip alkitabiah dipalu dan diasah di landasan kehidupan sehari-hari

a. memberi dan meneruskan warisan spiritual adalah tugas paling penting yang harus kita kerjakan

1). pentingnya orang tua meneruskan warisan spiritual mereka kepada anak-anak mereka dan ini tidak dapat diremehkan

2). kata-kata yang dirujuk Tuhan dalam Ulangan 6:4-7 ini adalah Kitab Suci – khususnya perintah-perintah Tuhan,

b. hampir setiap peristiwa dalam hidup harus menjadi momen yang dapat diajar tentang kebenaran alkitabiah dan penerapannya antara orang tua dan anak

1) perintah Tuhan harus dibahas ketika Anda duduk di rumah Anda dan ketika Anda berjalan di jalan

2) mereka harus menjadi hal pertama yang Anda bicarakan di pagi hari dan hal terakhir yang Anda bicarakan di malam hari

6. sebagian besar orang tua dalam masyarakat kita bekerja untuk membiayai kehidupan anak-anak mereka secara fisik

a. mereka memastikan anak-anak mereka pergi ke sekolah dan menerima pendidikan

b. tetapi yang kurang di banyak rumah adalah pemberian dan penerusan warisan rohani. Sayangnya gereja juga sangat kurang kompeten dalam hal ini. Gereja sama seperti orang tua, terlalu sibuk dengan program dan acaranya sehingga melupakan jiwa dan kehidupan itu sendiri.

4. Mewariskan warisan spiritual mereka adalah tugas terpenting yang dimiliki orang tua

a. gereja seharusnya dapat membantu, tetapi tanggung jawab utama orang tua adalah untuk meneruskan pelajaran dan budaya kehidupan Kristen yang didapat dari gerejanya — Anda harus mengerjakannya dengan rajin. Tetapi kalau gereja tidak sepenuhnya mampu melengkapi orang tua harus bagaimana? Carilah orang atau teman atau keluarga atau sumber daya yang tersedia yang dapat diajak bekerja sama dan digunakan untuk menggali nilai-nilai dan praktik kehidupan dari bible untuk keluarga.

III. Orang yang  rajin bekerja melakukannya pada perjalanan rohaninya dalam kehidupan bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat

“Engkau harus dengan rajin memelihara perintah-perintah Tuhan, Allahmu, dan kesaksian-kesaksian-Nya dan ketetapan-Nya yang telah Dia perintahkan kepadamu. “Kamu harus melakukan apa yang benar dan baik di mata Tuhan, supaya baik keadaanmu . .. ” (Ulangan 6:17-18, NASB95)

“Karena dengan ini Dia telah memberikan kepada kita janji-janji-Nya yang berharga dan luar biasa, sehingga melalui janji-janji itu kamu dapat mengambil bagian dalam kodrat ilahi, setelah lolos dari kerusakan yang ada di dunia oleh nafsu. Sekarang untuk alasan ini juga, menerapkan semua kerajinan, dalam imanmu berikan keunggulan moral, dan dalam keunggulan moralmu, pengetahuan, dan dalam pengetahuanmu, pengendalian diri, dan dalam pengendalian diri, kerajinan, dan dalam kerajinanmu, kesalehan, dan dalam kesalehanmu, kebaikan persaudaraan, dan dalam kebaikan persaudaraanmu, kasih sesama manusia.  Karena jika sifat-sifat ini adalah milikmu dan meningkat, itu membuat kamu tidak sia-sia atau berbuah dalam pengetahuan yang benar tentang Tuhan kita Yesus Kristus.  Karena dia yang tidak memiliki sifat-sifat ini buta atau pendek penglihatannya, setelah melupakan penyuciannya dari dosa-dosanya yang dulu.” (2 Petrus 1:4-9, NASB95)

1. Kehidupan Kristen adalah urusan yang sangat serius

a. tetapi kebanyakan orang Kristen menjadikannya semacam kegiatan ekstrakurikuler, mereka diajarkan dan berpendapat:

1) itu bukan sesuatu yang harus dibawa ke dunia bisnis atau ruang sekolah atau ke dalam kehidupan sosial seseorang dalam bernegara, berbangsa dan bermasyarakat (sesama manusia)

2). Akan tetapi, Petrus memberi tahu kita bahwa hidup kita di dalam Kristus adalah sesuatu yang harus kita lakukan dengan penuh kerajinan.

2. Dibutuhkan setiap kegigihan dan upaya yang dapat dikerahkan oleh seorang Kristen, bersama dengan kuasa Roh Kudus yang memampukan, untuk “melarikan diri dari kebinasaan dunia yang disebabkan oleh keinginan jahat” yang dirujuk oleh rasul dalam 2 Petrus 1:4

3. Orang percaya harus bekerja keras mengembangkan ketujuh sifat yang disebutkan Petrus dalam ayat 5-7

a. daftar ini sering disebut sebagai Tujuh Rahmat Kehidupan Kristen

1) kasih sesama

2) kebaikan atau kasih persaudaraan

3) kesalehan

4) kerajinan

5) pengendalian diri

6) kebaikan

7) iman

4. Orang Kristen dengan demikian menghadapi dua kemungkinan yang mengejutkan

a. di satu sisi, kita dapat bekerja untuk mengembangkan sifat-sifat ini dalam ukuran yang semakin meningkat dalam hidup kita, dan dengan demikian menemukan pengalaman yang mendalam tentang Tuhan yang menuntun pada kehidupan Kristen yang berbuah.

b. di sisi lain, kita dapat mengabaikan rahmat-rahmat ini, tetapi – menurut Rasul Petrus – tanggapan ini picik, bahkan buta, karena mengabaikan, bahkan melalaikan keselamatan kita yang ajaib di dalam Kristus Yesus.

5. Ini adalah rahmat, anugerah Tuhan yang perlu kita upayakan terus-menerus untuk ditanamkan ke dalam karakter dan perilaku kita

a. ketika seorang Kristen melakukannya, dia menjadi lebih seperti Kristus, berpartisipasi lebih penuh dalam kodrat ilahi Allah dan menyalurkannya kepada orang lain.

b. sebagai garam dan terang dunia adalah tugas kita sebaggai agen perubahan dalam kehidupan bernegara, berbangsa dan bermasyarakat, kalau tidak kita akan menjadi semakin tersisih dan terpinggirkan.

6. Orang yang rajin melakukannya pada perjalanan rohaninya dalam kehidupan bernegara, berbangsa dan bermasyarakat.

“Jiwa si pemalas mendambakan dan tidak mendapat apa-apa, tapi jiwa orang rajin dibuat gemuk.” (Amsal 13:4, NASB95)

Demikian pula, biarlah terangmu bersinar di hadapan orang-orang, sehingga mereka dapat melihat perbuatan baik yang kamu lakukan dan memuji Bapamu yang di surga. (Mat 5:16, CEB, tb)

Apakah Anda seorang pelajar, karyawan atau pebisnis, penting untuk melihat pekerjaan kita dari sudut pandang Kristen. Lagi pula, kita menghabiskan banyak waktu di sekolah dan di tempat kerja.

Setiap orang memiliki sikap yang berbeda dalam hal bekerja. Beberapa memiliki kecenderungan untuk bekerja terlalu keras dikenal sebagai gila kerja atau workaholic, sementara yang lain menghindarinya dengan cara apa pun. Namun, memiliki salah satu dari sikap ini dapat menyebabkan konsekuensi negatif.

Jadi, apa yang Alkitab katakan tentang pekerjaan? Sebagai orang Kristen, penting untuk menyelaraskan perspektif kita dengan Tuhan ketika membahas topik ini.

Ketika kita kembali ke Kejadian, kita dapat melihat bahwa Tuhan bekerja ketika Dia menciptakan dunia. Oleh karena itu, ketika kita bekerja, kita menyerupai Dia. Selain itu, bekerja bukanlah cara Tuhan untuk menghukum kita. Bahkan, Dia memberkati kita dengan kemampuan untuk bekerja sehingga kita dapat menghormati Dia.

Kolose 3:22 mengatakan, “Kamu yang adalah hamba yang dimiliki oleh seseorang, taatilah pemilikmu. Bekerja keras untuk mereka sepanjang waktu, bukan hanya saat mereka memperhatikan kamu. Bekerjalah untuk mereka seperti yang kamu lakukan untuk Tuhan karena kamu menghormati Tuhan.” Ketika kita mematuhi figur otoritas dalam hidup kita, kita pada akhirnya melayani Kristus.

Sebagai putra dan putri Allah, kita semua telah diberi bakat dan kemampuan yang berbeda. Ketika kita menggunakan karunia kita, kita dapat mengalami pemenuhan panggilan hidup kita sewaktu kita melayani Kristus dan membagikan kasih-Nya kepada orang lain.

Terakhir, Alkitab juga mengingatkan kita akan pentingnya istirahat. Ketika Tuhan menciptakan dunia, Dia bekerja selama enam hari dan beristirahat pada hari ketujuh. Ketika kita memberi diri kita waktu untuk beristirahat dan berada dalam Firman Tuhan, kita dapat mengisi ulang untuk apa yang akan datang. Dengan beristirahat, kita memastikan bahwa kita akan siap untuk melayani Kristus dalam segala hal yang menghadang kita. Renungkan apa yang Alkitab katakan tentang pekerjaan, dan mintalah Tuhan untuk memberi Anda disiplin untuk menerapkan prinsip-prinsip ini dalam hidup Anda. Pada akhirnya, dengan melakukan ini, kita dapat memuliakan Dia!

Menurut Kamus Universal Oxford, kerajinan adalah “perhatian yang cermat, industri, ketekunan; aplikasi tak henti-hentinya, usaha gigih. Orang yang  digambarkan sebagai “tekun, rajin, teliti, cermat; tidak menganggur, tidak lalai, tidak malas.” Arti kerajinan dalam Alkitab adalah sama, meskipun seperti yang akan kita lihat, ada juga aspek spiritual dari kerajinan.

Bagaimana menjadi rajin

Ada banyak definisi kerajinan, namun bagi sebagian orang itu semua hanya berarti kerja keras. Tidak diragukan lagi, kerja keras adalah bagiannya, tetapi masih ada lagi yang harus kita pahami. Perhatikan utas yang mendasarinya adalah tanggung jawab dan keandalan. Orang-orang perlu tahu bahwa mereka dapat mengandalkan kita untuk menyelesaikan tugas yang diberikan dengan kemampuan terbaik kita. Pria atau wanita yang rajin akan melakukan segala upaya untuk mengikuti semua yang dia mulai, yang membutuhkan disiplin diri.

Orang dengan disiplin memiliki tujuan, visi tentang apa yang harus dicapai dengan usaha mereka. Mempertahankan visi itu membantu mereka tetap fokus dan pada tugas, bahkan ketika tugas yang ada melelahkan dan membosankan. Inilah kebenaran yang aneh: Orang-orang tanpa visi atau tujuan hidup yang jelas yang dapat mereka tekuni dengan ulet pasti tidak bahagia. Ketidakbahagiaan membuatnya mengabaikan tugas dan tanggung jawabnya, menjadi pemalas, semborono, asal-asalan, dan akhirnya merusak dan menghancurkan dirinya sendiri.

Kerajinan dalam Alkitab

Salomo berkata dalam Pengkhotbah 9:10, “Apa pun yang ditemukan tanganmu untuk dilakukan, lakukanlah dengan sekuat tenaga” (yaitu, apa pun yang kamu lakukan, lakukanlah dengan kemampuanmu yang terbaik). Yesus memberi tahu kita, “Berbahagialah hamba yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya datang”—dan tidak terjebak dalam kemalasan (Matius 24:46). Jadi Yesus mengharapkan tanggung jawab dan kesadaran dari kita.

Dia menekankan hal ini dalam Lukas 16:12: “Dan jika kamu tidak setia terhadap apa yang menjadi milik orang lain, siapakah yang akan memberikan kepadamu apa yang menjadi milikmu?” Dan, kata Yesus, “Dia yang setia dalam hal kecil, juga setia dalam banyak hal; dan orang yang tidak adil dalam hal kecil, juga tidak benar dalam banyak hal” (Lukas 16:10). Dengan kata lain, jika Anda tidak serius dengan tanggung jawab kecil, bagaimana Anda akan diberikan tanggung jawab yang lebih besar? Nyatanya, Tuhan menuntut kerajinan! “Engkau harus dengan rajin menuruti perintah-perintah TUHAN, Allahmu” (Ulangan 6:17).

Dalam Ulangan 28:1 kita membaca, “Jika engkau dengan rajin mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, … TUHAN, Allahmu, akan meninggikan engkau di atas segala bangsa di bumi.”

Ibrani 11:6 menunjukkan bahwa Allah menganggap serius kerajinan: “Ia memberi upah kepada orang yang dengan rajin mencari Dia.” Tuhan bisa melihat siapa yang bersungguh-sungguh mencari Dia. Kita harus berjuang untuk tujuan yang Dia tetapkan bagi kita. Kita harus “mencari dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya” (Matius 6:33), menghargai hal-hal ini di atas segalanya.

Teladan kerajinan Yusuf

Sebagai seorang remaja putra, Joseph tampaknya memiliki semua sifat kerajinan ini, dan dia memberi kita ilustrasi yang menarik untuk dipelajari. Dia telah dijual sebagai budak oleh saudara-saudaranya yang cemburu (Kejadian 37:28), dan dia dibawa ke Mesir. Di sana ia dijual sebagai budak rumah tangga kepada seorang perwira bernama Potifar (Kejadian 39:1). Tetapi bahkan sebagai seorang budak, kita melihat Yusuf bekerja dengan tekun.

Kita tidak tahu banyak tentang keadaan awalnya, tetapi jelas apa pun yang diberikan Potifar kepadanya, Yusuf melakukannya dengan sangat hati-hati dan teliti. Dia rajin bekerja. Belakangan Potifar mempercayakan kepadanya lebih banyak tanggung jawab, sampai Yusuf diberi tanggung jawab untuk menangani segala sesuatu di tanah mesir itu, menjadi orang kedua di bawah Firaun. Kerajinan dan berkat Tuhan mengubah keadaannya secara drastis!

Apakah kita akan rajin bekerja?

Seberapa seriuskah kita terhadap tugas-tugas dalam hidup kita, termasuk ketaatan kepada Tuhan? Seberapa rajin kita bekerja? Orang yang rajin akan mengeluarkan upaya yang luar biasa untuk mencapai tujuan mereka. Inilah sikap yang Tuhan harapkan dari kita dalam segala hal.

Inilah sikap yang harus kita tunjukkan di tempat kerja, seperti yang dilakukan Joseph. Terlalu banyak orang ingin melakukan upaya minimum untuk mendapatkan bayaran maksimum. Tetapi ingatlah bahwa Yesus memberi tahu kita, “Seperti yang kamu ingin orang lakukan kepadamu, demikian juga kamu lakukan kepada mereka” (Lukas 6:31). Berikan majikan Anda upaya yang sama seperti yang Anda inginkan dari mereka jika posisi Anda dibalik.

Kita harus berusaha sekarang untuk rajin dalam segala hal yang kita lakukan. Orang yang rajin  akan mendapati rumah dan kehidupan keluarganya membaik, dan pekerja yang rajin akan sering mendapat penghargaan atas pekerjaannya.

Apa yang Tuhan harapkan dari kita? Kerajinan rohani

Bahkan lebih dari upaya fisik kita, Tuhan mengharapkan kita  secara rohani. Keyakinan lama yang ditanamkan kepada Anda bahwa Tuhan akan menerima Anda “apa adanya” sama sekali tidak benar. Tuhan tidak akan menerima sembarang orang ke dalam keluarga-Nya—tetapi hanya mereka yang menanggapi panggilan-Nya dan memilih untuk mengikuti-Nya dengan rajin. Syarat dan ketentuan berlaku dan harus dipenuhi jika ingin menjadi anggota keluarga Kerajaan Surga. Salah satunya adalah rajin bekerja.

Pertama, kita harus percaya kepada Tuhan Yesus Kristus dan menerima Dia sebagai Juruselamat kita. Itu berarti kita harus sungguh-sungguh bertobat dari setiap dosa dan dengan penuh semangat mencari pertolongan Tuhan untuk mengubah hidup kita—dan itu bukanlah hal yang sederhana atau mudah untuk dilakukan! Mudah mengucapkannya bahkan di depan jemaat dalam gedung gereja, tetapi sulit melakukanyna dalam kehidupan sehari-hari. Kalau Anda tidak rajin, kemungkinan Anda akan gagal.

Kita harus dengan rajin menyerahkan hidup kita kepada-Nya untuk digunakan sesuai keinginan-Nya. Konversi atau pertobatan melibatkan kesepakatan antara setiap individu dan Tuhan. Yehezkiel 36:27-28 menjelaskan: “Aku akan menaruh Roh-Ku di dalam dirimu dan membuatmu berjalan menurut ketetapan-ketetapan-Ku, dan kamu akan berpegang pada keputusan-keputusan-Ku dan melakukannya. Kemudian … kamu akan menjadi umat-Ku, dan Aku akan menjadi Tuhanmu.”

Hubungan pribadi orang rajin dengan Tuhan tumbuh dan menguat karena upaya yang orang rajin lakukan untuk belajar dari dan menaati Tuhan Penciptanya.

Tuhan memberi upah kepada orang yang rajin

Akhirnya, kita melihat bahwa kerajinan yang gigih sampai akhir mengarah pada hadiah utama. Seperti yang Yesus janjikan dalam Wahyu 2:10, “Setia sampai mati, dan Aku akan memberimu mahkota kehidupan.”

Pelajari lebih lanjut tentang apa yang Tuhan harapkan dengan membutuhkan kerajinan besar, tetapi memiliki hasil yang luar biasa. Tetaplah disana sampai Anda hidup berkelimpahan.

selanjutnya: Prinsip ke-6 SUKSES USAHA

Diterbitkan oleh WEABCID

Pelayanan holistik berbasis bisnis sebagai ministri. WEABCID, World Evangelical Alliance Business Coalition Indonesia, dipimpin oleh National Coordinator Rev. Dr. Mahli Sembiring, MSi, CPA, BKP. Koalisi Bisnis WEA adalah departemen bisnis Aliansi Injili Dunia dan berfungsi sebagai pusat informasi & sumber daya yang menyediakan kepemimpinan strategis dan pemikiran bagi para pemimpin bisnis, pelayanan, dan gereja. World Evangelical Alliance adalah organisasi internasional terbesar dari gereja dan pelayanan evangelis dan memberikan identitas, suara, dan platform di seluruh dunia kepada lebih dari 600 juta orang Kristen di 129 negara.

Tinggalkan Balasan

Please log in using one of these methods to post your comment:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d blogger menyukai ini: