TUMBUH KEMBANG GEREJA DI INDONESIA MASA KINI

TUMBUH KEMBANG GEREJA DI INDONESIA MASA KINI

Jika dibagi rata (semua gereja Kristen, Katholik dan denominasi lain), maka 1 bangunan gereja di seluruh Indonesia menampung 733 orang. Misalnya pelayanan di hari minggu dibagi dalam 4-5 kali ibadah. pagi – siang – sore – malam, Dengan jemaat sekitar 700 orang jika dibagi 5 maka setiap ibadah akan dihadiri oleh hampir 150 orang. Jumlah itu memerlukan ruangan seukuran 3 ruang kelas sekolah dasar yang menampung 45 orang. Karena di dalam gereja pasti ada alat musik dan mimbar maka bisa dikatakan perlu ruangan seukuran 4 kelas. Faktanya, tidak semua gereja mempunyai ukuran yang merata seperti itu.

Pertumbuhan penduduk beragama Kristen di Indonesia membutuhkan pembangunan gedung Gereja di masa – masa mendatang. Mengantisipasi kebutuhan gedung dan tentunya lahan, maka para Tokoh Gereja khususnya Organisasi Aras tetap harus membangun kemitraan dengan Pemerintah agar segera dapat diatasi apabila timbul persoalan penolakan olah warga setempat yang telah banyak terjadi, seperti kasus Ciketing, Mustika Jaya, di Bekasi, Jawa Barat beberapa waktu yang lalu.

Bilangan Research Center (BRC) sekitar tiga tahun lalu mengunggah sejumlah temuannya terkait perkembangan terkini gereja di Indonesia. Lembaga evangelikal ini, melakukan survey terhadap 4.394 pemimpin gereja yang tersebar di 34 kota/kabupaten di Indonesia. Penelitian ini dilakukan secara lintas denominasi, di sejumlah kelompok gereja-gereja Protestan.

Permasalahan yang diteliti dan ditemukan mulai dari isu pertumbuhan gereja, pemanfaatan internet, survey ke kaum muda, hingga permasalahan intoleransi terhadap gereja. Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dengan cermat terkait perkembangan kekristenan di Indonesia.

  1. Pertumbuhan tiap gereja di Indonesia tidak terlalu pesat. Tidak ada ledakan pertumbuhan. Sebesar 42,3% pertumbuhan gereja di Indonesia merupakan hasil perpindahan dari jemaat gereja lain, ini disebut kanibal. Pertumbuhan keluarga karena melahirkan anak 28,1%. Sisanya sekitar 29,6% pertumbuhan yang berasal dari luar lingkungan gereja.
  2. Dalam 10 tahun terakhir, 34.9% gereja hanya merintis satu gereja baru.
  3. Pertumbuhan jemaat yang berasal dari kaum muda dan anak secara keseluruhan lebih kecil dibandingkan jumlah jemaat dewasa.
  4. Situasi intoleransi menunjukkan iklim yang lebih kondusif terhadap keberadaan gereja, dibanding sepuluh tahun lalu. Sebagian besar jemaat yang disurvey (80.3%) umumnya menilai masyarakat sekitar terbilang toleran terhadap keberadaan gereja. Intoleransi yang dialami, jika dibandingkan 10 tahun lalu, juga menurun (dari 22,3% ke 13,4%).
  5. Tindakan intoleran yang dialami beberapa gereja berasal dari sesama umat Kristiani. Ini terjadi karena persaingan kepemimpinan dan berebut anggota.

Pertumbuhan jumlah rumah ibadah selama Era Reformasi yang bergulir sejak 1998:

  • Gereja Katolik bertambah 153% dari 4.934 menjadi 12.473.
  • Gereja Protestan bertambah 131% dari 18.977 menjadi 43.909.
  • Vihara bertambah 368% dari 1.523 menjadi 7.129.
  • Pura Hindu meningkat 475,25% dari 4.247 menjadi 24.431.
  • Masjid bertambah 64% dari 392.044 menjadi 643.843.

Mengutip data Kementerian Agama, statistik jumlah penduduk dan rumah ibadah di Indonesia sebagai berikut:

  • Umat Islam 207.176.162, jumlah masjid 239.497.
  • Umat Kristen 16.528.513, jumlah gereja 60.170.
  • Umat Katolik 6.907.873, jumlah gereja 11.021.
  • Umat Budha 1.703.254, jumlah vihara 2.354.
  • Umat Hindu 4.012.116, jumlah pura 24.837.
  • Umat Konghucu 117.091, jumlah kelenteng 552.

Di Jakarta, di sejumlah tempat ditemukan rumah ibadah, seperti masjid dan gereja berdiri berdampingan secara damai selama puluhan tahun berdiri. Hal itu antara lain terlihat di kawasan Gambir atau Lapangan Banteng, Jakarta Pusat. Di sana berdiri megah Masjid Istiqlal dan Gereja Kathedral. Juga di kawasan Kali Pasir, Senen, Jakarta Pusat, berdiri masjid dan gereja protestan yang cukup megah di tengah-tengah permukiman padat penduduk.

Indonesia menempati urutan peringkat 47 dari 50 negara yang dinilai yang paling sulit untuk menjadi seorang Kristen  (Open Doors World Watch List),.

Laporan oleh Christian Broadcasting Network (CBN) tahun 2012 menggambarkan pertumbuhan gereja di Indonesia sebagai hal paling “fenomenal”, termasuk peningkatan jumlah orang yang menghadiri gereja di banyak daerah. CBN merujuk pernyataan Pastor Billy Njotorahardjo, mengatakan, gerejanya tumbuh dari 400 menjadi lebih dari 6.000 orang dalam kurun waktu empat tahun. 

Christianity Today  menulis perkembangan pemeluk Kristiani di Pulau Bali. Di Pulau Dewata, rumah bagi mayoritas pemeluk Hindu Indonesia (93 persen), namun gereja-gereja karismatik sedang mengalami pertumbuhan. Jumlah denominasi Kristen di pulau ini dinilai meningkat dari 3-100 dalam dua puluh tahun.

Tahun 2002 terjadi desakan memberlakukan hukum Islam di wilayah khusus Aceh. Pemerintah setempat memerintahkan penutupan 20 gereja di provinsi itu tahun 2012.

TIME  menulis bahwa revolusi keagamaan sedang mengubah wajah Indonesia. Media ini mengutip Pastor David Nugroho, yang tidak takut untuk menunjukkan keyakinannya, jamaah gerejanya berjumlah sekitar 400 orang. Menurut TIME  sulit mendapatkan jumlah pasti penganut Kristen di negara seperti Indonesia. Orang yang pindah agama dari Islam ke Kristen akan menghadapi stigmatisasi. Jadi KTP sebagai dasar menentukan agama sebenarnya, kurang valid.

Menurut sensus tahun 2000, penganut Kristen hanya 10 persen dari total penduduk Indonesia. Banyak pemuka umat Kristiani yang tidak percaya dengan angka ini. Mereka meyakini, jumlah penganut Kristen sebenarnya jauh lebih besar.

Jakarta Praise Community  dibentuk belasan tahun silam. Mulanya kelompok ini hanya beranggotakan sekitar 200 orang. Sekarang, acara-acara kebaktian mereka dihadiri oleh sekitar 5.500 anggotanya yang kebanyakan berasal dari kaum urban.

Komunitas Reformed mengklaim pengikutnya mencapai 15.000 orang dalam kurun waktu dua dekade. Komunitas membangun sebuah kompleks gereja Evangelical Reformed Millenium Center di kawasan Kemayoran, yang mampu menampung 4.500 jamaah. Pembangunan gereja itu menelan biaya 30 juta USD dan harus menunggu selama 17 tahun untuk mendapatkan izin dari pemerintah daerah setempat. Warga Muslim di dekat lingkungan gereja Evangelical Reformed Millenium Center sempat protes ketika Pastor gereja itu, Stephen Tong menempatkan salib di puncak menara gereja. Tong mengeluhkan penolakan itu karena merasa memasang salib di menara gereja bukanlah tindakan melanggar hukum.

Gereja Kristen Protestan di Bali (GKPB) merupakan gereja perintis dalam sejarah perkembangan gereja Kristen di Bali. Hingga saat ini, GKPB telah tersebar hampir diseluruh wilayah di Bali. Dari seluruh kabupaten yang ada di Bali, Karangasem merupakan kabupaten yang mengalami keterhambatan dalam pertumbuhan gereja. Melalui data statistik GKPB pada tahun 2005, dapat dilihat bahwa Kabupaten Karangasem hanya memiliki dua gereja. Adapun dua gereja milik GKPB tersebut adalah GKPB jemaat “Amlapura” dan GKPB jemaat “Sabda Urip”.

Beberapa faktor menjadi penghambat pertumbuhan gereja di Karangasem. Faktor-faktor tersebut adalah: faktor relasi, faktor pelayan jemaat, faktor kesadaran umat, faktor organisasi, dan faktor kebudayaan. Dari beberapa faktor tersebut ditemukan bahwa faktor pelayan jemaat merupakan faktor utama penyebab keterhambatan pertumbuhan gereja di Karangasem. Faktor pelayanan yang diberikan oleh pelayan atau pendeta jemaat memang benar merupakan faktor yang tidak dapat dihilangkan untuk memicu adanya pertumbuhan gereja.

Sebagai suatu fenomena rohani dan teologis, gerakan pertumbuhan Gereja yang dimulai oleh beberapa hamba Tuhan. Sebagai jawaban Tuhan atas kebutuhan rohani Gereja Kristen. Jawaban Tuhan terhadap kemerosotan-kemerosotan rohani dalam kehadiran dan pelayanan Gereja Tuhan terhadap dunia ini. Gereja-gereja Tuhan masa kini, perlu masuk dan mengambil bagian yang aktif dan konkrit dalam arus pertumbuhan Gereja ini demi terlaksananya Amanat Agung Tuhan Yesus dalam Matius 28:19-20.

Kemajuan pertumbuhan Gereja juga sangat ditentukan oleh faktor strategi Tuhan yang dapat kita pelajari dari Alkitab, khususnya kitab Kisah Papa Rasul. Di sana dijelaskan bahwa pertumbuhan Gereja mesti dimulai: (1) di tempat yang dipilih Tuhan, (2) Dilaksanakan dalam waktu Tuhan, (3) Didukung oleh hamba-hamba Tuhan yang dipersiapkan dan dibentuk Tuhan secara khusus, dan (4) Perlu diarahkan dan dibimbing oleh visi misi universal dari Tuhan sendiri. Ini ideal tapi sulit terlaksana, perlu opsi yang lebih praktis.

Masalah berikut dapat menghambat pertumbuhan rohani. Apabila pertumbuhan rohani “terhambat” maka gereja tidak akan berlipat ganda sebagaimana mestinya. Masalah-masalah umum yang menghalangi tumbuh kembang gereja adalah:

1. Kekurangan makanan rohani

Tubuh rohani memerlukan makanan rohani. Ada gereja-gereja yang sama sekali tidak mengajarkan firman Allah. Mereka hanya mengajarkan doktrin-doktrin manusia. Mereka mengatakan apa yang ingin di dengar oleh orang-orang (2 Timotius 4:3). Kekurangan makanan rohani adalah akibat dari kelaparan firman Allah (Amsal 1:1-12).

Ada orang-orang yang hanya mengajarkan “susu” firman allah oleh sebab itu banyak orang-orang percaya tidak pernah bertumbuh dewasa secara rohani. Orang-orang percaya mengabaikan penyelidikan Alkitab sehingga tubuh rohani mati tanpa makanan.

2. Kekurangan visi

Alkitab berkata: Jikalau tidak ada visi, umat binasa (Amsal 29:18). Visi rohani orang-orang tertentu terbatas pada keluarga dan lingkungan mereka sendiri saja. Ada juga yang dipenuhi dengan visi yang nan jauh disana dengan sebutan yang aneh-aneh, sementara orang-orang di luar gereja mereka sendiri mati tanpa mengenal Kristus.

3. Pertumbuhan yang dangkal

Injil Markus 4:1-20, menegaskan bahwa ketika benih firman Allah tidak berakar dalam hidup kita, maka hasilnya adalah pertumbuhan rohani yang dangkal. Apabila datang penganiyaan dan kesukaran, maka akan mati secara rohani (Markus 4:17).

4. Kurangnya pembersihan

Gereja-gereja seringkali memiliki metode-metode dan program-program yang tidak produktif. Apabila kegiatan-kegiatan itu tidak dibersihkan, maka buah-buah yang dihasilkan akan semakin menipis. Tanpa pembersihan, proses kematian yang lambat tapi pasti akan menghancurkan kehidupan umat Allah.

5. Prioritas-prioritas yang salah

Para pemimpin rohani memiliki prioritas-prioritas yang salah. Mereka lebih fokus terhadap urusan-urusan gereja dari pada doa dan pelayanan firman Allah. Prioritas-prioritas diberikan kepada proyek-proyek sekunder seperti proyek-proyek pembangunan gereja dan sebagainya menjadi lebih penting dari pada misi.

 6. “Datang” dan “lihat” dan bukan “pergi” dan “beritakan”

Gereja-gereja memakai strategi “datang” ke gereja dan bukan metode “pergi” sebagaimana yang diperintahkan oleh Yesus Kristus. Mereka hanya sekedar datang dan lihat ke gereja tetapi mereka tidak pernah “pergi” untuk menjangkau orang-orang dengan Injil dan membawa mereka masuk.

7. Masalah-masalah pribadi yang tidak terselesaikan

Konflik terjadi apabila para pemimpian dan  anggota gereja memiliki masalah-masalah pribadi yang tidak terselesaikan di antara mereka. Jika konflik-konflik ini tidak ditangani dengan benar, maka hasilnya adalah perpecahan. Masalah-masalah yang tak terselesaikan menghambat proses pertumbuhan.

8. Kepemimpinan rohani yang tidak memenuhi syarat

Pertumbuhan gereja terpengaruh apabila para pemimpin tidak memenuhi syarat-syarat rohani yang ditegaskan dalam Alkitab. Pemimpin seperti ini tidak menaruh perhatian yang benar dan sungguh-sungguh pada firman Allah. Mereka memiliki pendidikan dan kemampuan tidak pada ukuran yang benar.

9. Tidak mau berubah

Orang-orang yang cenderung untuk menolak perubahan, tidak ada pelipatgandaan. Banyak orang yang puas apa adanya. Mereka tidak siap dengan metode-metode baru. Tidak punya pandangan-pandangan baru yang Alkitabiah.

10. Masalah-malasah komunikasi

Pelipatgandaan terhalang oleh sikap penyampaian Injil. Para pemberita Injil berusaha menarik perhatian dengan kata-kata yang hebat dan memamerkan pengetahuan teologia. Mereka tidak berkomunikasi pada tingkat kebutuhan manusia. Tindakan-tindakan mereka tidaklah sejalan dengan kata-kata mereka.

11. Penonton dan bukan peserta

Penonton adalah orang-orang yang melihat tetapi tidak berpartisipasi di dalam rencana Allah. Mereka tidak bereproduksi secara rohani. Tugas-tugas menginjili hanya kepada hamba-hamba Tuhan. Gereja yang dipenuhi penonton tidak akan bertumbuh.

12. Ketakutan

Takut akan kegagalan adalah musuh yang terbesar dari pelipatgandaan. Hal ini ditegaskan oleh Yesus tentang talenta dalam Injil Matius 25:14-30. Hamba yang takut tidaklah menguntungkan, ia tidak berlipat ganda secara rohani. Hamba seperti ini lebih baik dibuang.

13. Ketidakpercayaan

Israel yang tidak memasuki Tanah Perjanjian mati di padang gurun karena ketidakpercayaan mereka (Bilangan 13). Mereka kembali mengembara di padang belantara sampai seluruh generasi itu mati selama kurun waktu 40 tahun. Ketidak-percayaan menghambat pertumbuhan rohani dan pelipatgandaan.

14. Pengelompokan di dalam gereja

Kadang-kadang “kelompok-kelompok” terbentuk di dalam gereja dan persekutuan yang lain. Kelompok ini memisahkan diri. Mereka tidak mau menerima orang lain di dalam persekutuan mereka.

15. Kekurangan sumber daya

Manusia dan dana adalah dua sumber vital yang diperlukan bagi pelipatgandaan. Pertumbuhan terhambat apabila adanya kekurangan orang-orang yang mempunyai komitmen pada visi. Kekurangan dana dapat juga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan gereja.

Bagaimana dengan gereja Anda? Apakah mengami pertumbuhan kanibal atau keluarga?

Apakah menghadapi hambatan dalam pertumbuhan?

Saatnya mengetahui akar persoalannya. Kalau sudah tahu masalah, maka mudah mencari solusi.

Butuh teman berbagi untuk pertumbuhan Anda? Kalau ya, silahkan hubungi kami dengan isi formulir dengan klik link berikut https://churchgrowdevelop.business/ .

Diterbitkan oleh WEABCID

Pelayanan holistik berbasis bisnis sebagai ministri. WEABCID, World Evangelical Alliance Business Coalition Indonesia, dipimpin oleh National Coordinator Rev. Dr. Mahli Sembiring, MSi, CPA, BKP. Koalisi Bisnis WEA adalah departemen bisnis Aliansi Injili Dunia dan berfungsi sebagai pusat informasi & sumber daya yang menyediakan kepemimpinan strategis dan pemikiran bagi para pemimpin bisnis, pelayanan, dan gereja. World Evangelical Alliance adalah organisasi internasional terbesar dari gereja dan pelayanan evangelis dan memberikan identitas, suara, dan platform di seluruh dunia kepada lebih dari 600 juta orang Kristen di 129 negara.

Tinggalkan Balasan

Please log in using one of these methods to post your comment:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d blogger menyukai ini: